News Hist Indonesia

Ahirnya Chicken Juga walau gak ada Kill.. hehe..Unik

Operasi Penyerbuan Pantai Intai Amfibi


Penyerbuan Pantai

Pendaratan pasukan besar-besaran  melalui pantai telah dibuktikan dalam berbagia
peperangan. Yang terbesar dalam sejarah tentu saja terjadi dalam peristiwa
pendaratan sekutu di Normandia, Prancis pada juni 1944.

Mengapa Semboyan Marinir adalah Mendarat Dan Menang ?
Karena kemenanga penguasaan Pantai adalah mutlak harus diraih karena dengan demikian
musuh akan kesulitan mencegah masuknya pasukan dan operasi yang akan dilancarkan
berikutnya.

Sejatinya, operasi itu adalah operasi pendaratan yang dibarengi dengan upaya
perebutan wilayah tumpuan pantai agar jalur bagi pasukan dan logistik, yang didistribusikan, melalui lautan, terbuka.

Namun, untuk melaksanakannya sungguh bukan pekerjaan mudah.
Resiko penhadangan dan jebakan ranjau yang akan dihadapi begitu tinggi.
Untuk itu operasi ini memang menuntut perencanaan, koordinasi, pelaksanaan serta penutup yang benar-benar matang.

Untuk itu memang banyak hal yang harus diperhatikan.
Mulai dari kemampuan intelijen, sarana angkut laut dan kendaraan amfibi, hingga soal pasukan pendarat yang terlatih.
Sebuah referensi bahkan juga menggaris bawahi persyarrtan khusus dibidang elemen operasi amfibi.
Sedikitnya, ada enam elemen yang juga harus dipenuhi, yakni :
Reconaisance (Pengintaian)
Special forces (pasukan khusus)
Transport (sarana pengangkut)
Medical (unit medis)
Logistics (logistik),
Signals (telik sandi)

Reconaisance merupakan unsur intelijen, dimana sebelum operasi amfibi dilakukan
uruasan informasii harus lebih dulu dikuasai.
Data yang dikumpulkan menyangkut banyak hal.
Contoh mudah saja:
Dari sekian wilayah pantai yang akan di darati tentu harus dipilih wilayah mana yang
paling cocok dalam banyak hal bagaimana kontur pantai dan daratannya ?
Bagaimana karakter pasang surut ombaknya ?
Kapan terjadinya air pasang tertinggi ?
serta apakah wilayah itu terdapat titik-titik kekuatan musuh atau tidak ?
dan seterusnya.

Semua harus dipelajari oleh tim pengintai yang diturunkan seminggu, sebulan atau bahakan beberapa tahun sebelum pelaksanaan operasi, tergantung kebutuhan.
Setelah terkumpul, semua data dilaporkan ke markas komando.
Data data ini dikumpulkan sendiri atau di dapat dari satuan-satuan setempat.

Untuk kawasa nusantara data-data intelijen salah satu sumber data intelijen seperti
ini tidaklah terlalu sulit di dapat.
Karena selain karakterisktik pantainya sudah dikenali, badan-badan sipil atu parat di masing-masing tempat juga bisa di ikut sertakan.
Artinnya, tidak lagi dibtuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Misalnya TNI-AL atau Korps Marinir dapat bekerja sama dengan badan meteorologi
klimatologi dan geofisika (BMKG), dinas perhubungan, kodam, unsur kepolisian setempat dan lainnya.
Selain itu TNI-AL juga punya dinas hidrografi yang bisa ikut difungsikan.
Elemen kedua dari operasi penguasaan pantai adalah special forces lebih luas lagi adalah pasukan pendarat, Biasanya di lakukan oleh korps marinir yang memang dilatih khusu untuk tim ini.
Korps marinir TNI-AL dilatih terus menerus untuk menguasai teknik operasi pendaratan yang dilanjutkan dengan pertempuran di wilayah pantai.
Tidak berlebihan bila Korps Marinir menjadi ujung tombak operasi amfibi.

Satu hal yang haru diingat, operasi amfibi bukanlah tipe operasi yang mudah untuk dilaksanakan. Pasukan pendarat di dalamnya memiliki pasukan khusus tersendiri seperti taifib (intai amfibi), pasukan khusus ini bisa diturunkan lebih dahulu ke wilayah pantai yang menjadi target sebelum operasi pendaratan digelar.

Hal ini dilakukan bila berdasarkan informasi tim recon, di wilaayh pantai terdapat senjata-senjata yang mesti dilumpuhkan terlebih dahulu atau perlu disiapkan area-area untuk heli zone.

Tim terbatas tersebut didaratkan pada malam hari menggunakan perhau karet dengan
teknik pendaratan senyap.
Kalau perlu, mereka diluncurkan dari kapal selam sehingga kehadirannya sulit diketahui lawan.

Elemen ketiga operasi amfibi adalah transport.
Transport disini diartikan sebagai sarana transportasi lautan yang akan digunakan membawa pasukan pendarat berikut alutsistanya.
Di Indonesia, peran pelaksana elemen ini di emban oleh TNI AL sebagai pemilik kapal dan sarana yang lebih lengkap.
Bagaimanapun untuk bisa mendaratkan pasukan dari laut ke pantai dibutuhkan sarana-sarana angkut yang memadai.
Makin banyak, makin besar dan makin canggih sarana yang dimilki, kemamupuan bawa dan
mobilitas operasi amfibii pun akan semakin tinggi.

Mendaratkan pasukan dengan jumlah sangat besar dalam satu tempo pendaratan, merupakan salah satu tuntutan perang modern.
Lihatlah pasukan AS, Dengan segala pelengkapan mereka dapat menempatkan pasukan di seluruh penjuru dunia dalam jumlah puluhan hingga ratusan ribu pasukan.
Belum lagi kendaraan-kendaraan tempur macam tank, panser, kendaraan pengangkut

personel dan lainnya.
Semua lebih banyak didistribusikan melalui jalur lautan.
Tidak berarti peran pesawat angkut yang besar macam C-5A Galaxy lalu menjadi nomor dua.
Tetapi bila melihat kemampuan sekali angkut, sarana lautan seperti kapal-kapal pangangkut pasukan berikut alutsistanya, memang punya kapasitas yang lebih besar.

Elemen keempat  operasi amfibi adalah medical atau medis.
Meski tampak sepele namun dalam sebuah operasi militer sangat dibutuhkan tim medis yang memadai dan handal, termasuk dalam operasi amfibi ini.

Elemen kelima adalah logistik
Peran logistik jelas tak bisa diabaikan.
Pasuka pendarat yang jumlahnya beribu-ribu orang
(contoh satu brigade jumlahnya bisa mencapai 5.500 personel)
Dan itu harus di dukung dengan logistik yang memadai.
Di dalam kapal-kapal besar pengangkut personel, kebutuhan mereka harus dipenuhi.
Semua lohgistik juga tidak sebatas kebutuhan makan-minum. Tetapi, menyangkut juga
arsenal atau persenjataan yang dibutuhkan oleh pasukan.

Elemen terakhir adalah signals.
Sinyal disini di artikan secara luas sebagai koordinasi, kode-kode yang digunakan,
serta berbagai hal menyangkut terciptanya proses perencanaan, pendaratan dan
pengakhiran yang efektif dan berdaya guna.
Koordinasi yang buruk dalam sebuah operasi amfibi bisa mengakibatan gagalnya operasi
secara keseluruhan.

                           Kaos Marinir Indonesia Group